Sajak Kemerdekaan Usman Awang
Bersempena dengan bulan kemerdekaan tak lama lagi, jom kita tingkatkan rasa patriotisma dalam diri dengan sajak kemerdekaan Usman Awang. Usman Awang merupakan sasterawan negara yang banyak menyumbang bakti kepada kesusasteraan. Terkenal dengan nama penanya Tongkat Warrant, beliau ialah seorang penyair dan ahli drama yang prolifik ketika hayatnya. Usman Awang juga dikenali dengan nama Adi Jaya, Amir, Atma Jiwa, Manis, Pengarang Muda, Rose Murni, Setiabudi, U.A., Zaini dan barangkali lain-lain lagi.
Merdeka
Satu jeritan yang banyak berulang meresap
meresap… seperti senyum gadis di pertemuan
menerawang… serupa gema di tengah malam
merempuh… seperti kereta kebal di medan perjuangan.
Pekiklah!
Jeritlah!
Dan…
Maralah!
Tongkat Warrant
4 Julai 1954
Pahlawan Dan Tanah Air
Pahlawan sejati
dalam hatinya bernyanyi.
Tanahair dan bangsa
di mana terpaut cinta mulia.
Untukmu darah ini mengalir
padanya jasad ini cair
Tongkat Warrant
1958
Pahlawan Kemerdekaan
Pahlawan!
Jika hilangmu tanpa pusara
jika pusaramu tanpa nama
jika namamu tanpa bunga
penjajah mengatakan kau derhaka
maka kaulah pahlawan sebenarnya.
Gema seabad silam
Inggeris datang meredah Pahang
bersama peluru bersama senapang
membunuh menangkap setiap pejuang
Sungai Semnatan berubah merah
bukan sarap hilir ke kuala
bukan rakt mudik ke hulu
arus merahnya menjulang mayat
pahlawan bangsa pahlawan rakyat
tujuh liang dadanya tersayat.
Pahlawan!
Untukmu derita untukmu penjara
bukan bintang tersemat di dada
semangatmu api negara berdaulat
namamu terukir di jantung rakyat.
Tongkat Warrant
Jiwa Hamba
Menung seketika sunyi sejenak
kosong di jiwa tak berpenghuni
hidup terasa diperbudak-budak
hanya suara melambung tinggi
Berpusing roda, beralih masa
berbagai neka, hidup di bumi
selagi hidup berjiwa hamba
pasti tetap terjajah abadi
Kalau hidup ingin merdeka
takkan tercapai hanya berkata
tetapi cuba maju ke muka
melempar jauh jiwa hamba
Ingatan kembali sepatah kata
dari ucapan seorang pemuka
di atas robohan Kota Melaka
kita dirikan jiwa merdeka
Tongkat Warrant
1948
Tanah Air
Engkau Tanah Air
pemilik perut yang berbudi
penampung hujan penyedut sinar mentari
lahirlah anakmu dari semaian petani
Engkau Ibu Murni
dengan jasa abadi
berdetik didenyut nafas kami
kerna kita satu sama dipunyai
Telah kau rasa
segala seperti kami
dalam ngeri perang dadamu dibongkar besi
di mana-mana wajahmu tak pernah mati
Tapi begitu
sejarah hidup zaman berzaman
pernah merangkul pahlawan kemerdekaan
mereka sujud dalam kaku
mohon perlindungan
Bukankah dengan
kasih dan harapan
kau tenggelamkan mereka dalam dakapan
di mana bunga ganti nisan bertaburan
Negara baru
di atas rongga jantungmu
akan tertegak bertapak dalam kebebasan
cinta antara kita wahyu dari Tuhan.
Tongkat Warrant
1956
Damai
Sisa hidup ini hendak kita pelihara
juga tanah, pohon dan buah-buah
juga tulang, daging dan darah
jangan suara jadi parau di musim kemarau.
Tapi tanah kami sudah kerecikan api
lama bermula, tidak hilang sampai kini
dan meski tawaran damai sudah diberi
orang masih tidak peduli!
Pohon getah dan tanah mengandung bijih
rebutan manusia daerah asing
kita gali kubur dan masuk berdiam di dalamnya!
Damai – seruan dan tawaran
damai – untuk tanahairku dan kemerdekaan
damai – untuk dunia dan kesejahteraan!
Usman Awang
Mastika, Ogos 1955.